BERITA ACARA
DISKUSI TERKINI (DIKSI)
HIMPUNAN MAHASISWA PAI (HMJ PAI)
PERIODE 2024–2025
A. Nama
Kegiatan
Kegiatan
ini bernama Diskusi Terkini (DIKSI).
B. Waktu Kegiatan
Hari/Tanggal : Jum’at, 25 Oktober 2024
Waktu : 15.30 s.d. 16.30 WIB
Tempat : Taman Pelangi UIN Siber Syekh
Nurjati Cirebon
C. Tempat Kegiatan
Taman
Pelangi UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon
D. Tema Kegiatan
Kegiatan
ini bertemakan “Dialektika Berfikir Mahasiswa Gen Z.”
E. Peserta Kegiatan
Adapun
jumlah presensi kehadiran yaitu:
1.
Daftar
Hadir Tamu Undangan : 2 Orang
2.
Daftar
Hadir Peserta :
24 Orang
F. Rangkaian Kegiatan
1.
Pembukaan Kegiatan
Pada hari Jumat, 25 Oktober 2024 Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan telah melaksanakan agenda bulanan yaitu DKSI dengan tema "Dialektika Berpikir Mahasiswa Gen
Z". Agenda ini diisi oleh Pemantik 1 Saudara Nurohman selaku Ketua
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan HMJ PAI periode 2024-2025 dan Pemantik 2
Saudara Ayas Defiko selaku Mahasiswa Pendidikan Agama Islam UIN Siber Syekh
Nurjati Cirebon yang dimoderatori oleh Saudara Ahmad Ngaziz Nurrohman selaku
Anggota Departemen Pendidikan dan Kebudayaan periode 2024–2025. Keberadaan seni topeng semakin berkembang luas setelah masuknya
pengaruh kebudayaan Hindu ke Indonesia. Di dalamnya terdapat berbagai prasasti
yang menyebutkan penggunaan topeng, seperti pada Prasasti Jaha (840 M),
Prasasti Bebetin (896 M), dan Prasasti Guru Pai (1071 M), yang menggambarkan
bagaimana seni topeng digunakan dalam pertunjukan.
2. Isi kegiatan
Agenda kali ini membahas tentang Dialektika Berpikir
Mahasiswa Gen Z yang merupakan sebuah proses pemikiran kritis yang melibatkan
pertukaran ide dan gagasan di kalangan mahasiswa Gen Z. Tujuan utama dari
agenda ini adalah untuk memahami bagaimana mahasiswa Gen Z, yang tumbuh di era
digital dan informasi yang serba cepat, menggunakan kemampuan berpikir mereka
untuk mengatasi berbagai tantangan. Selain itu, agenda ini juga menyoroti cara
berpikir Gen Z yang cenderung kritis, responsif, dan adaptif terhadap
perubahan, serta pentingnya kesadaran transformatif dalam menghadapi persoalan
akademik maupun sosial.
Sebelum beranjak ke pembahasan lebih dalam oleh
pemantik 1 dan 2, alangkah baiknya kita mengetahui definisi-definisi dari tema
yang akan dibahas. Berpikir adalah proses yang menghasilkan berbagai pilihan.
Mahasiswa adalah pemuda yang melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi,
diharapkan mampu menggunakan kemampuan berpikir mereka untuk memahami dan
menghadapi tantangan kehidupan. Generasi Z (Gen Z) merupakan generasi yang
lahir antara tahun 1997 hingga 2012 dan berada di antara Generasi Milenial dan
Generasi Alpha
Pemantik 1 mengatakan bahwa dalam ilmu mantik
(logika), terdapat beberapa hukum dasar yang menjadi landasan dalam berpikir,
yaitu:
1) Hukum Identitas
Sesuatu adalah dirinya sendiri. Contoh: "HP
adalah HP." Hal ini menekankan bahwa setiap objek atau ide memiliki
identitas yang tidak bisa diubah.
2) Hukum
Kontradiksi
Tidak mungkin sesuatu itu benar dan salah dalam
waktu yang sama. Misalnya, "Seseorang tidak dapat merasa bahagia dan tidak
bahagia secara bersamaan dalam kondisi yang sama."
3) Hukum Penolakan
Kemungkinan Ketiga
Hukum ini menyatakan bahwa setiap pernyataan hanya
memiliki dua kemungkinan, benar atau salah, tanpa adanya kemungkinan ketiga.
Pemantik
1 juga menjelaskan terkait beberapa tingkatan kesadaran yang memainkan peran
penting dalam proses berpikir. Terdapat tiga tingkat kesadaran yang umum
dialami mahasiswa:
1) Kesadaran Magis
Tingkat kesadaran di mana seseorang tidak mampu atau
tidak peduli terhadap apa yang seharusnya dilakukan. Contoh: Mahasiswa yang
memiliki tugas tetapi tidak mengerjakannya tanpa alasan yang jelas.
2) Kesadaran Naif
Pada tingkat ini, seseorang sadar akan tugas atau
tanggung jawabnya tetapi merasa tidak mampu melakukannya. Contoh: Mahasiswa
tahu ada tugas yang harus dikerjakan, tetapi tetap tidak mengerjakannya karena
merasa tidak punya waktu atau kemampuan.
3) Kesadaran Kritis
Sementara pada tingkat ini, seseorang sadar dan
memiliki kemampuan untuk melakukan suatu tindakan, tetapi memilih untuk tidak
melakukannya. Contoh: Mahasiswa yang tahu tugasnya, mampu mengerjakannya, namun
tidak mengambil tindakan untuk menyelesaikan tugas tersebut.
Pemantik
dalam diskusi ini mengusulkan adanya Kesadaran Transformatif sebagai tingkatan
kesadaran tambahan. Pada tingkat ini, seseorang tidak hanya menyadari, tetapi
juga termotivasi untuk mengambil tindakan dan berusaha mengubah keadaan atau
situasi yang ada. Contoh: Mahasiswa yang tidak hanya memahami tugasnya, tetapi
juga memiliki keinginan yang kuat untuk menyelesaikan tugas itu dan
berkontribusi lebih dalam lingkungannya.
Mengapa Manusia Berpikir? Pemantik 2 dalam diskusi
ini mengajukan alasan-alasan fundamental yang mendorong manusia untuk berpikir.
Berpikir bukan hanya tentang memecahkan masalah, tetapi merupakan dorongan yang
berasal dari kebutuhan untuk merespons kondisi yang ada. Berikut adalah
beberapa alasan penting mengapa manusia berpikir:
a. Keresahan
Ketidaknyamanan atau ketidakpuasan adalah pendorong
utama dalam berpikir. Ketika seseorang merasa resah atau tidak nyaman dengan
situasi tertentu, dorongan untuk mencari solusi atau jawaban menjadi semakin
kuat. Contoh: mahasiswa yang merasa kesulitan memahami materi pelajaran akan
termotivasi untuk mencari cara memahami materi tersebut agar keresahan tersebut
hilang.
b. Referensi
Pengetahuan atau pengalaman sebelumnya menjadi
referensi yang mendorong seseorang untuk berpikir lebih jauh. Dengan memiliki
referensi, seseorang memiliki landasan atau kerangka dalam berpikir sehingga
proses berpikir menjadi lebih terarah. Contohnya, mahasiswa yang memiliki
pengalaman dalam organisasi mungkin lebih mudah memecahkan masalah kepemimpinan
karena ia telah memiliki referensi yang relevan.
c. Cara Rasional
Manusia menggunakan logika dan akal sehat untuk
menyusun pemikiran. Berpikir secara rasional membantu seseorang dalam menilai
situasi dengan objektif, serta membedakan antara yang benar dan salah.
Mahasiswa yang berpikir rasional cenderung melihat masalah dengan perspektif
yang luas, menganalisis keuntungan dan kerugian dari setiap tindakan.
d. Tujuan
Adanya tujuan atau harapan yang ingin dicapai
mendorong seseorang untuk berpikir dan merencanakan tindakan. Misalnya,
mahasiswa yang memiliki tujuan untuk lulus dengan prestasi baik akan berpikir
dan menyusun strategi belajar yang efektif. Tujuan ini memberikan arah dan
makna dalam berpikir sehingga setiap tindakan dapat diatur untuk mencapai hasil
yang diinginkan.
e. Evaluasi
Berpikir juga merupakan proses evaluatif di mana
seseorang menilai dan memperbaiki pemikiran atau tindakan agar lebih efektif.
Melalui evaluasi, seseorang dapat belajar dari kesalahan dan memperbaiki
pendekatannya. Misalnya, mahasiswa yang mengevaluasi hasil ujiannya dapat
memperbaiki cara belajarnya di masa mendatang untuk mendapatkan hasil yang
lebih baik.
3. Penutupan
Kegiatan
Berpikir adalah proses yang esensial bagi mahasiswa Gen Z untuk berkembang dan beradaptasi dalam dunia yang terus berubah. Dengan memahami dan menerapkan landasan berpikir yang tepat, mahasiswa diharapkan dapat mengembangkan kesadaran dan kemampuan kritis yang akan membawa dampak positif bagi diri mereka dan masyarakat.
Cirebon, 11 November 2024
Komentar
Posting Komentar